27 Nov 2010

HIJRAH DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT ISLAM


Oleh : Zul Fahmi

Tanggal 1 Muharam atau tahun baru hijrah tidak hanya sekedar berakhirnya tahun yang lama dan mulainya tahun yang baru, tetapi perlu ada perenungan bahwa tahun baru hijriyah adalah sebuah momentum besar bagi sejarah Islam, bahkan bagi sejarah manusia secara keseluruhan.
Hijrah adalah tonggak sejarah di mana Rasulullah SAW. mulai mengukuhkan dasar-dasar peradaban dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Umar ra. hingga masa Bani Ummayah dan masa Abbasiyah, bisa dikatakan embrionya telah dirintis dan dibentuk oleh Rasulullah SAW. ketika sudah Hijrah ke Madinah. Bahkan perkembangan dan kemajuan Islam tersebut telah memberikan inspirasi bagi dunia Barat untuk menciptakan kemajuan yang serupa. Maka dari itu seorang penulis Barat Mechael Hart menulis dalam bukunya bahwa Muhammad lah tokoh yang yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan dunia. Di Madinah-lah para sahabat mengenal apa arti pluralitas, dan di Madinah pula kaum muslimin mulai melakukan rekonsiliasi ( kesepakatan ) dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Nashrani, dan komunitas-komunitas non muslim lain untuk merekonstruksi sebuah system hidup yang secara sosial bisa memberi kenyamanan dan kesejahteraan bagi semua orang. baik untuk orang-orang di luar Islam lebih-lebih bagi orang Islam. Peristiwa Hijrah sesungguhnya mengingatkan kepada semua orang, bahwa sesungguhnya hanya Islam satu-satunya agama yang bisa meng-akomodir semua kepentingan dan cita-cita luhur semua orang, yakni cita-cita untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang bersahaja, sejahtera, aman dan penuh kemakmuran.
Dalam hijrah Nabi SAW. ke Madinah, ada pesan sangat berharga yang harus diteladani oleh semua kaum muslimin dalam membangun masyarakat Islam. Dengan hijrah tersebut Nabi mengajarkan bahwa penanaman akidah, perbaikan akhlaq, penggemblengan mental spiritual, serta terjalinnya ukhuwah islamiyah yang kuat adalah segmen yang paling penting dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat Islam. ketika berhijrah ke Madinah, ada beberapa hal yang paling awal dilakukan beliau pada saat datang, yaitu menentukan letak pembangunan masjid, mempersaudarakan sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar, dan Beliau juga melakukan perjanjian damai dengan semua kelompok yang ada di Madinah termasuk dengan orang-orang yahudi dan Nashrani.
Di saat bangsa tengah menghadapi ujian dan bencana yang luar biasa seperti sekarang ini, seharusnya peristiwa hijrah menjadi refleksi bagi semua pihak, bahwa bencana itu tidak hanya terjadi karena fenomena alam semata, tetapi sesuai dengan perspektif agama bahwa bencana itu datang juga disebabkan karena ada bencana moral, bencana akidah, bencana agama yang telah lebih dahulu datang sebelumnya. Allah ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an :
“ telah dilaknat orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashrani dengan lisan Dawud dan Isa bin Maryam, yang hal itu disebabkan oleh kemaksiatan mereka dan mereka telah melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari perbuatan mungkar, sungguh buruk apa-apa yang mereka saling kerjakan. “ ( QS.Al-Maidah : 78-79 )
Oleh karena itu Hijrah seharusnya menjadi moment berharga bagi semua pihak untuk berkaca dan berintropeksi diri, bahwa selama ini pembangunan kehidupan yang selalu berorientasi pada materi, yang terlalu mementingkan pembangunan ekonomi, pengadaan sarana-sarana infrastruktur, pendirian gedung-gedung mewah, taman-taman wisata dan pusat-pusat olah raga yang fantastis, sementara itu mengesampingkan pendidikan, apalagi pendidikan moral, sebenarnya adalah kesalahan yang sangat besar dan nyata. Orientasi pembangunan seperti itu hanya akan melahiran orang-orang yang tahu dunia, cinta kemewahan tetapi tidak memiliki integritas moral. Orang-orang yang tidak memiliki integritas moral itulah yang telah melakuan banyak kerusakan. Untuk memenuhi kepentingan nafsu mereka, maka mereka telah berani melakukan kebohongan, melanggar aturan dan merusak norma kehidupan. Parahnya lagi mereka merusak harmonisasi hubungan manusia dengan alam dengan cara mengeskplorasi dan mengeksploitasi alam secara membabi buta, sehingga timbul-lah berbagai macam bencana dan kerusakan alam.
Rasulullah SAW. dengan hijrah telah memberi pelajaran bahwa akhlaq adalah dasar dari semua jenis pembangunan yang menginginkan kemaslahatan. Hal itu dipegang erat oleh para ulama’, para cendikiawan dan para filosof Islam, seperti Al-Farabi yang mengatakan bahwa tugas para pemimpin yang paling utama adalah membina dan memperbaiki akhlaq masyarakat yang dipimpinnya. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga diamanatkan bahwa Pemerintah harus mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam syair lagu kebangsaan Indonesia yang selalu dinyanyikan dalam setiap acara resmi kenegaraan ada kata-kata “..bangunlah jiwanya…bangunlah badannya., artinya negara harus membangun jiwa rakyatnya dahulu sebelum fisik kehidupannya. Hal itu menunjukkan bahwa mengutamakan pembangunan akhlaq di atas yang lainnya, sesungguhnya telah menjadi konsensus masyarakat muslim di negeri ini. Namun realitanya jauh panggang dari api. Pendidikan akhlaq dan agama sangat dipinggirkan dan diacuhkan dalam pentas pendidikan di Indonesia.
Hijrah juga memberi pesan bahwa persatuan dan kesatuan umat, ukhuwah islamiyah adalah modal utama yang harus mengawal dan akan menjamin berlangsungnya pembangunan yang bisa membuahkan kesejahteraan dan kemakmuran. Persatuan dan kesatuan umat itu tidak hanya terbatas dalam lingkup umat Islam saja tetapi juga dengan non muslim sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. di Madinah. Tentu saja persatuan dan kesatuan itu tetap dalam koridor kebenaran dan kesepakatan yang menjamin kebaikan bersama, bukan di atas keterpaksaan dan unsur-unsur kedzaliman.
Hari ini, problem besar yang melanda umat Islam dan melumpuhkan sendi-sendi kekuatannya adalah perpecahan umat. Di Indonesia ini, bahkan di belahan dunia mana pun, umat Islam selalu terkotak-kotak dalam berbagai kelompok, ormas, atau partai, yang satu sama lain saling menyalahkan, saling menghujat, bahkan saling mengkafirkan. Ketika umat lain ( baca : orang-orang kafir ) tengah sibuk-sibuknya membangun ilmu pengetahuan, berlari cepat melakukan inovasi di berbagai bidang, dan dengan antusiasnya merekonstruksi tata kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang maju dan modern, maka kaum muslimin justru sibuk bertengkar dalam urusan-urusan kecil yakni urusan-urusan fikih, urusan-urusan ritual, dan keyakinan yang secara teologis berkisar pada masalah-masalah furu’iyah bukan ushuliyah. Perpecahan umat ini yang telah menyebabkan umat Islam ketinggalan dalam segala hal, sehingga umat Islam menjadi kelompok yang marginal dalam segala bidang. Dalam teori sosiologi kelompok marginal akan cendrung berpikir dangkal, bersikap arogan dan anarkis dalam menghadapi setiap hal yang dianggap sebagai ancaman. Maka dari itu Allah sangat mewanti-wanti agar tidak terjadi perpecahan. Allah berfirman :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron : 103 )
Keimanan atau akidah kuat yang kemudian menumbuhkan sikap dan perilaku hidup yang mulya, dengan ukhuwah islamiyah yang kuat, adalah dua mata uang yang harus selalu bersama tidak boleh berpisah satu sama lain. Keduanya adalah modal yang sangat mendasar dalam melakukan pembangunan kehidupan yang baik. Pembangunan masyarakat yang tidak diawali dengan dua hal ini pasti akan selalu menemui kegagalan dan melahirkan persengkokolan jahat yang bisa merusak kemaslahatan. Dengan akhlaq mulya dan persatuan yang kokoh umat akan bisa bersama-sama bekerja keras, berlomba-lomba meningkatkan kemampuan dan menciptakan kemajuan, yang semuanya itu disinergikan dalam rangka mengemban amanah sebagai manusia yang oleh Allah SWT. ditunjuk sebagai khalifah Allah di bumi.
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan dalam kitabnya Syarh Riyadhus Shalihin, bahwa hijrah adalah berpindahnya seorang muslim dari darul kufr menuju darul Islam dalam rangka mempertahankan keimanan dan keislamanya. Namun hijrah juga bisa dimaknai dengan terminologi yang lebih luas, yaitu berpindahnya seseorang dari kafir ke muslim, dari hidayah ke petunjuk, dari perbuatan buruk ke perbuatan baik, dan juga dari kebodohan kepada ilmu. Maka dari itu tahun baru hijiyah adalah moment penting bagi manusia untuk berintropeksi dan memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan-kekurangannya. Masuknya tahun baru Hijrah harus menjadi moment umat Islam untuk berazzam meningkatkan ilmu, keimanan, ketaqwaan dan amal untuk menggapai ridha Allah SWT. peristiwa hijrah harus menjadi cambuk bagi umat Islam untuk segera bangkit dari kebodohan menuju ilmu, dari keburukan menuju kebaikan, dari kemunduran menuju kemajuan, dari kekalahan menuju kemenangan.





No comments :

Followers