21 Jun 2013

                                           KRITERIA  SEORANG PEMIMPIN
 

Memilih pemimpin yang baik adalah salah satu kewajiban yan disyare’atkan oleh Islam, Karena kepemimpinan adalah sebuah otoritas yang berwewenang melakukan berbagai kebijakan strategis yang bisa mempengaruhi dan  menentukan baik buruknya kondisi masyaraka termasuk umat Islam. Dalam konteks untuk kepentingan Islam, Seorang pemimpin bisa mempengaruhi/menghambat Perkembangan dakwah,  bisa meng-alienasi secara politis dan ekonomi bahkan bisa melakukan penganiayaan secara struktural maupun cultural terhadap umat Islam atau kepentingan Islam.
Intinya Pemimpin adalah faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jika pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.
Pemilihan pemimpin di Negara Indonesia baik itu di tingkat pusat seperti pemilihan presiden maupun ditingkat daerah seperti pemilihan gubernur, bupati, atau lurah sekarang ini kondisinya sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan hasil pemilihan yang selalu memunculkan para pemimpin yang tidak amanah, korup dan selalu mengecawakan rakyat pada akhirnya. Janji-janji manis  yang diucapkan ketika kampanye pemilu hanyalah tipuan belaka, tidak  pernah ada realisasinya. Maka dari itu, pada masa kampanye mereka dielu-elukan bagai seorang pahlawan,tetapi sesudah memegang kekuasaan kecurangan mereka  kelihatan dan dimana-mana menuai kecaman. Rakyat baru menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan saat memilih pemimpin.
Namun anehnya kesalahan itu terus menerus dilakukan dan selalu diulang dalam setiap moment pemilihan. Ibarat orang terperosok dua kali dilobang yang sama, begitulah yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kesalahan masa lampau tidak pernah menjadi pelajaran. Mereka ditipu oleh para pemimpin mereka tidak hanya satu atau dua kali tetapi berkali-kali.
Hal itu terjadi tidak semata-mata kesalahan para pemimpinnya, tetapi juga kesalahan rakyat itu sendiri yang sembarangan memilih pemimpin. Mereka tidak memiliki prinsip dan standar yang benar dalam melakukan pilihan. Pilihan itu selalu dilakukan secara irasional dan pertimbanganya selalu berorientasi  pada keuntungan-keuntungan materi yang sesaat. Di masyarakat sudah sangat lazim sekali, bahwa uang adalah segalanya dan bisa digunakan untuk membeli apa saja termasuk suara. Maka walaupun seorang pemimpin sebenarnya tak layak jadi pemimpin dari sisi apapun, namun karena ia banyak uang maka dengan mudah ia menjadi pemimpin. Uang punya kekuatan untuk menghipnotis manusia menuruti setiap kehendak sang pemilik uang.
Pemilihan kepala daerah atau kepala desa dimanapun secara umum dimenangkan oleh pemilik uang terbanyak. Mereka bisa membeli siapapun baik rakyat kecil maupun pejabat untuk meloloskan dirinya menjadi pemimpin. Realita ini dimana-mana terjadi karena masyarakat secara umum telah disusupi virus materialism, yakni orang hanya percaya kepada materi, selalu mengutamakan materi bahkan materi tersebut adalah satu-satunya tujuan hidupnya.
Ajaran Islam memberikan prinsip-prinsip dan pedoman yang benar bagaimana memilih seorang pemimpin yang akan membawa kemaslahatan. Allah Ta’ala beriman:
“ Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi penolong(pemimpin), dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
Dia juga berfirman :
 “ Hai orang-orang  yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim ” (At Taubah:23)
 Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
Imam Bukhari mengeluarkan sebuah hadist dalam shahihnya :
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“ Apabila sebuah urusan diberikan  kepada yang bukan  ahlinya, maka tunggulah kehancurannya ” (HR. Bukhari 7/188 )
Dari Ma’qil ra. Berkata: saya akan menceritakan kepada engkau hadist yang saya dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar beliau bersabda: “seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat (pejabat), kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia tidak akan memperoleh bau surga”. (HR. Bukhari)
Prinsip-prinsip Islam dalam memilih pemimpin sebagaimana dijelaskan Allah dan Rasul-Nya termasuk ayat-ayat dan hadits di atas bisa di perinci menjadi dua hal :
1.     Memilih pemimpin yang punya integritas moral (berakhlaq baik )

Pemimpin yang punya integritas moral adalah pemimpn yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Mereka menganggap kepemimpinan adalah amanah dari Allah bukan sebuah profesi yang pantas digunakan untuk menumpuk keuntungan dunia sebanyak-banyaknya. Pemimpin yang punya integritas adalah pemimpin yang jujur, cinta keadilan, berani berkorban demi amanah yang sedang dipikulnya. Mereka bukan orang-orang yang curang, suka berbuat dhalim, dan selalu memanfaatkan rakyat untuk memenuhi ambisinya. Pemimpin yang bermoral adalah pemimpin yang menganggap bahwa kepemimpinannya adalah ladang ibadah untuk mencari pahala dan kedudukan mulya di hadapan Allah Ta’ala.

Al-Farabi di dalam salah satu tulisannya mengatakan bahwa Tugas seorang pemimpin yang paling utama adalah  mendidik rakyatnya untuk menjadi orang yang berakhlaqul karimah. Maka tentu saja seorang pemimpin harus berakhlaqul karimah agar mampu melaksanakan tugasnya tersebut. Dan jika seorang pemimpin itu cacat akhlaqnya berarti ia telah berkhianat pada  tugasnya yang paling utama.

Allah Ta’ala berfirman :
  “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135)
Dalam sebuah riwayat sahabat Ali radhiyallahu’anhu berkata : “ Sesungguhnya Allah akan melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia kafir, dan tidak akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia muslim ”.
Hari ini banyak sekali para pemimpin yang tidak memiliki integritas moral. Kekuasaan dianggap sebagai fasilitas hidup dari Maha Pencipta yang mensahkan para pemiliknya untuk berbuat sewenang-wenang, angkuh dan tak mengenal perikemanusiaan. mereka menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadinya, dan melakukan kedhaliman kepada siapa saja yang berani menentangnya. Mereka tidak mau memperhatikan kepentingan rakyatnya, bahkan menelantarkan dan menyengsarakannya.  Di satu sisi rakyat banyak yang hidup susah dibawah garis kemiskinan, tapi disisi yang lain para pemimpinya justru hidup mewah, dan berfoya-foya menggunakan uang negara. Orang yang seperti ini tak layak menjadi pemimpin. Kehadiranya tidak akan membuahkan kemaslahatan masyaraka tapi banyak menimbulkan kerugian.
2.     Memilih Pemimpin Yang Memiliki Kompetensi

Pemimpin yang punya kompetensi adalah pemimpin yang punya kemampuan memimpin dalam semua arti yang tercakup dalam istilah kata kepemimpinan ( leadership ). Baik itu kepemimpinan dalam arti ilmu pengetahuan, seni, maupun kepemimpinan sebagai sebuah profesi, amanah dan jalan beribadah kepada Allah Ta’ala.

Pemimpin yang punya kompetensi adalah pemimpin yang cerdas dan punya seni dalam memimpin. Pemimpin yang cerdas selalu punya visi dan misi ke depan dalam memimpin dan selalu memiliki sikap-sikap serta langkah-langkah yang progressif dalam memimpin. Mereka memahami apa yang menjadi tugas-tugasnya, memahami kondisi rakyatnya dan professional dalam tugasnya.

Seorang pemimpin yang berkompeten akan menjalankan pemerintahannya dengan dasar-dasar kekuasaan yang rasional. Dia bisa menentukan managemen kerja para bawahannya secara aman, nyaman dan bisa menekan celah-celah yang memungkinkan seseorang melakukan penyimpangan. Pemimpin yang punya kemampuan tidak akan menjerumuskan rakyatnya hidup terlantar penuh persoalan. Ia akan sibuk bekerja mengemban amanah yang dia pikul, pandai melayani dan mengayomi masyarakat, serta mampu membimbing dan menguatkan semangat rakyatnya untuk bekerja keras, berusaha keluar dari segala persoalan hidup yang sedang membelitnya.
Itulah dua kriteria seorang pemimpin yang ideal. Kepandaian dan kepribadian yang baik adalah dua mata uang yang tidak boleh dipisahkan dalam karakter kepemimpinan. Dan jika salah satunya atau bahkan keduanya hilang dari diri seorang pemimpin, maka yang terjadi adalah kerusakan. Oleh karena itu Islam mengatur naiknya seseorang menjadi pemimpin, haruslah melewati mekanisme musyawarah oleh majelis syuro yang bisa memilih dan menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin dengan berbagai kriteria yang sesuai dengan ajaran Islam. Tidak seperti sekarang ini, kepemimpinan bisa diminta oleh siapapun dan bahkan pemilik uang terbanyak akan bisa membeli kepemimpinan tersebut walaupun orang tersebut sesungguhnya tidak layak menjadi pemimpin.


Zul Fahmi


Followers