27 Nov 2010

HIJRAH DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT ISLAM


Oleh : Zul Fahmi

Tanggal 1 Muharam atau tahun baru hijrah tidak hanya sekedar berakhirnya tahun yang lama dan mulainya tahun yang baru, tetapi perlu ada perenungan bahwa tahun baru hijriyah adalah sebuah momentum besar bagi sejarah Islam, bahkan bagi sejarah manusia secara keseluruhan.
Hijrah adalah tonggak sejarah di mana Rasulullah SAW. mulai mengukuhkan dasar-dasar peradaban dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik umat Islam. Perkembangan Islam pada masa Umar ra. hingga masa Bani Ummayah dan masa Abbasiyah, bisa dikatakan embrionya telah dirintis dan dibentuk oleh Rasulullah SAW. ketika sudah Hijrah ke Madinah. Bahkan perkembangan dan kemajuan Islam tersebut telah memberikan inspirasi bagi dunia Barat untuk menciptakan kemajuan yang serupa. Maka dari itu seorang penulis Barat Mechael Hart menulis dalam bukunya bahwa Muhammad lah tokoh yang yang paling berpengaruh dalam sejarah perkembangan dunia. Di Madinah-lah para sahabat mengenal apa arti pluralitas, dan di Madinah pula kaum muslimin mulai melakukan rekonsiliasi ( kesepakatan ) dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Nashrani, dan komunitas-komunitas non muslim lain untuk merekonstruksi sebuah system hidup yang secara sosial bisa memberi kenyamanan dan kesejahteraan bagi semua orang. baik untuk orang-orang di luar Islam lebih-lebih bagi orang Islam. Peristiwa Hijrah sesungguhnya mengingatkan kepada semua orang, bahwa sesungguhnya hanya Islam satu-satunya agama yang bisa meng-akomodir semua kepentingan dan cita-cita luhur semua orang, yakni cita-cita untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang bersahaja, sejahtera, aman dan penuh kemakmuran.
Dalam hijrah Nabi SAW. ke Madinah, ada pesan sangat berharga yang harus diteladani oleh semua kaum muslimin dalam membangun masyarakat Islam. Dengan hijrah tersebut Nabi mengajarkan bahwa penanaman akidah, perbaikan akhlaq, penggemblengan mental spiritual, serta terjalinnya ukhuwah islamiyah yang kuat adalah segmen yang paling penting dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat Islam. ketika berhijrah ke Madinah, ada beberapa hal yang paling awal dilakukan beliau pada saat datang, yaitu menentukan letak pembangunan masjid, mempersaudarakan sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar, dan Beliau juga melakukan perjanjian damai dengan semua kelompok yang ada di Madinah termasuk dengan orang-orang yahudi dan Nashrani.
Di saat bangsa tengah menghadapi ujian dan bencana yang luar biasa seperti sekarang ini, seharusnya peristiwa hijrah menjadi refleksi bagi semua pihak, bahwa bencana itu tidak hanya terjadi karena fenomena alam semata, tetapi sesuai dengan perspektif agama bahwa bencana itu datang juga disebabkan karena ada bencana moral, bencana akidah, bencana agama yang telah lebih dahulu datang sebelumnya. Allah ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an :
“ telah dilaknat orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nashrani dengan lisan Dawud dan Isa bin Maryam, yang hal itu disebabkan oleh kemaksiatan mereka dan mereka telah melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari perbuatan mungkar, sungguh buruk apa-apa yang mereka saling kerjakan. “ ( QS.Al-Maidah : 78-79 )
Oleh karena itu Hijrah seharusnya menjadi moment berharga bagi semua pihak untuk berkaca dan berintropeksi diri, bahwa selama ini pembangunan kehidupan yang selalu berorientasi pada materi, yang terlalu mementingkan pembangunan ekonomi, pengadaan sarana-sarana infrastruktur, pendirian gedung-gedung mewah, taman-taman wisata dan pusat-pusat olah raga yang fantastis, sementara itu mengesampingkan pendidikan, apalagi pendidikan moral, sebenarnya adalah kesalahan yang sangat besar dan nyata. Orientasi pembangunan seperti itu hanya akan melahiran orang-orang yang tahu dunia, cinta kemewahan tetapi tidak memiliki integritas moral. Orang-orang yang tidak memiliki integritas moral itulah yang telah melakuan banyak kerusakan. Untuk memenuhi kepentingan nafsu mereka, maka mereka telah berani melakukan kebohongan, melanggar aturan dan merusak norma kehidupan. Parahnya lagi mereka merusak harmonisasi hubungan manusia dengan alam dengan cara mengeskplorasi dan mengeksploitasi alam secara membabi buta, sehingga timbul-lah berbagai macam bencana dan kerusakan alam.
Rasulullah SAW. dengan hijrah telah memberi pelajaran bahwa akhlaq adalah dasar dari semua jenis pembangunan yang menginginkan kemaslahatan. Hal itu dipegang erat oleh para ulama’, para cendikiawan dan para filosof Islam, seperti Al-Farabi yang mengatakan bahwa tugas para pemimpin yang paling utama adalah membina dan memperbaiki akhlaq masyarakat yang dipimpinnya. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga diamanatkan bahwa Pemerintah harus mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam syair lagu kebangsaan Indonesia yang selalu dinyanyikan dalam setiap acara resmi kenegaraan ada kata-kata “..bangunlah jiwanya…bangunlah badannya., artinya negara harus membangun jiwa rakyatnya dahulu sebelum fisik kehidupannya. Hal itu menunjukkan bahwa mengutamakan pembangunan akhlaq di atas yang lainnya, sesungguhnya telah menjadi konsensus masyarakat muslim di negeri ini. Namun realitanya jauh panggang dari api. Pendidikan akhlaq dan agama sangat dipinggirkan dan diacuhkan dalam pentas pendidikan di Indonesia.
Hijrah juga memberi pesan bahwa persatuan dan kesatuan umat, ukhuwah islamiyah adalah modal utama yang harus mengawal dan akan menjamin berlangsungnya pembangunan yang bisa membuahkan kesejahteraan dan kemakmuran. Persatuan dan kesatuan umat itu tidak hanya terbatas dalam lingkup umat Islam saja tetapi juga dengan non muslim sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. di Madinah. Tentu saja persatuan dan kesatuan itu tetap dalam koridor kebenaran dan kesepakatan yang menjamin kebaikan bersama, bukan di atas keterpaksaan dan unsur-unsur kedzaliman.
Hari ini, problem besar yang melanda umat Islam dan melumpuhkan sendi-sendi kekuatannya adalah perpecahan umat. Di Indonesia ini, bahkan di belahan dunia mana pun, umat Islam selalu terkotak-kotak dalam berbagai kelompok, ormas, atau partai, yang satu sama lain saling menyalahkan, saling menghujat, bahkan saling mengkafirkan. Ketika umat lain ( baca : orang-orang kafir ) tengah sibuk-sibuknya membangun ilmu pengetahuan, berlari cepat melakukan inovasi di berbagai bidang, dan dengan antusiasnya merekonstruksi tata kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang maju dan modern, maka kaum muslimin justru sibuk bertengkar dalam urusan-urusan kecil yakni urusan-urusan fikih, urusan-urusan ritual, dan keyakinan yang secara teologis berkisar pada masalah-masalah furu’iyah bukan ushuliyah. Perpecahan umat ini yang telah menyebabkan umat Islam ketinggalan dalam segala hal, sehingga umat Islam menjadi kelompok yang marginal dalam segala bidang. Dalam teori sosiologi kelompok marginal akan cendrung berpikir dangkal, bersikap arogan dan anarkis dalam menghadapi setiap hal yang dianggap sebagai ancaman. Maka dari itu Allah sangat mewanti-wanti agar tidak terjadi perpecahan. Allah berfirman :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron : 103 )
Keimanan atau akidah kuat yang kemudian menumbuhkan sikap dan perilaku hidup yang mulya, dengan ukhuwah islamiyah yang kuat, adalah dua mata uang yang harus selalu bersama tidak boleh berpisah satu sama lain. Keduanya adalah modal yang sangat mendasar dalam melakukan pembangunan kehidupan yang baik. Pembangunan masyarakat yang tidak diawali dengan dua hal ini pasti akan selalu menemui kegagalan dan melahirkan persengkokolan jahat yang bisa merusak kemaslahatan. Dengan akhlaq mulya dan persatuan yang kokoh umat akan bisa bersama-sama bekerja keras, berlomba-lomba meningkatkan kemampuan dan menciptakan kemajuan, yang semuanya itu disinergikan dalam rangka mengemban amanah sebagai manusia yang oleh Allah SWT. ditunjuk sebagai khalifah Allah di bumi.
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan dalam kitabnya Syarh Riyadhus Shalihin, bahwa hijrah adalah berpindahnya seorang muslim dari darul kufr menuju darul Islam dalam rangka mempertahankan keimanan dan keislamanya. Namun hijrah juga bisa dimaknai dengan terminologi yang lebih luas, yaitu berpindahnya seseorang dari kafir ke muslim, dari hidayah ke petunjuk, dari perbuatan buruk ke perbuatan baik, dan juga dari kebodohan kepada ilmu. Maka dari itu tahun baru hijiyah adalah moment penting bagi manusia untuk berintropeksi dan memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan-kekurangannya. Masuknya tahun baru Hijrah harus menjadi moment umat Islam untuk berazzam meningkatkan ilmu, keimanan, ketaqwaan dan amal untuk menggapai ridha Allah SWT. peristiwa hijrah harus menjadi cambuk bagi umat Islam untuk segera bangkit dari kebodohan menuju ilmu, dari keburukan menuju kebaikan, dari kemunduran menuju kemajuan, dari kekalahan menuju kemenangan.





16 Nov 2010

HIKMAH MENYEMBELIH QURBAN




Oleh : Zul Fahmi

Kata udhiyah( الأضحيةI ) secara bahasa berarti menyembelih ( binatang sebagai qurban ). Disebut udhkhiyah karena mengacu pada waktu pelaksanaanya yakni diawali pada waktu dhuha. Ibadah qurban atau udhkhiyah adalah sebuah amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang hukumnya adalah sunah mu’akaddah bagi orang yang mampu melaksanakannya. Sunah mu’akaddah adalah sunah yang sangat dianjurkan atau sunah yang hampir diwajibkan.
Allah ta’ala berfirman :

“ Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. “ ( QS.Al-Kautsar : 1 – 3 )

diriwayatkan oleh Syafi’I dan Baihaqi dari hadits Abu Suraihah Al-Ghifari ia berkata:


عَنْ أَبِي بَكْرٍ وَ عُمَرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُمَا لاَ يَضْحَيَانِ مَخَافَةً أَنْ يُرَى ذَلِكَ وَاجِبًا

“ Dari Abu Bakar dan Umar sesungguhnya mereka berdua tidak berqurban karena merasa benci kalau-kalau dilihat sebagai kewajiban”.


Syaikh Muhammad Khathib Asy-Syirbini, salah seorang ulama’ fikih terkemuka dalam madzhab syafi’I, menyebutkan dalam kitabnya Mughnil Muhtaj sebuah hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh Daruquthni , beliau bersabda :

أُمِرْتُ بِالنَّحْرِ وَهُوَ سُنَّةٌ لَكُمْ

“ aku diperintah untuk menyembelih hewan qurban sementara hal itu sunah bagi kamu sekalian “

Dari ayat dan hadits itulah beliau Asy-Syirbini, termasuk pula para ulama’ ahli fikih madzhab syafi’I lainya menyimpulkan bahwa udhiyah hukumnya adalah sunah mu’akkad.

Berbicara tentang penyembelihan qurban maka tidak bisa dipisahkan dari kisah Nabiyullah Ibrahim as. bersama putra laki-laki-nya Ismail. Allah mengkisahkan keduanya dalam Al-qur’an sebagai suri teladan bagi umat Islam.

Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim alaihis salam memiliki putera yang tengah menginjak masa remaja namanya Ismail. Putera terebut lahir dari istrinya yang kedua bernama Hajar, setalah Nabi Ibrahim menunggu kehadiranya selama hampir ratusan tahun hingga memasuki usia senja. Nabi Ibrahim karena kehendak Allah meninggalkan Ismail dan ibunya di Mekkah dan ia tinggal bersama dengan istrinya yang pertama di Syam. Ketika Nabi Ibrahim mengunjungi anak terkasihnya tersebut, malam harinya beliau bermimpi telah menyembelih anaknya Ismail. Mimpi seorang nabi adalah wahyu baginya, maka pada siang harinya Nabi Ibrahim menjelaskan mimpi tersebut kepada puteranya Ismail. Karena Ismail adalah anak yang shalih, maka ia membenarkan mimpi tersebut dan mempersilahkan ayahnya melaksanakan perintah Allah tersebut, dan disepakatilah rencana pelaksanaan perintah Allah tersebut. Namun ketika Nabi Ibrahim hendak menghujamkan pedangnya ke leher Ismail, tiba-tiba datang malaikat Jibril membawa seekor kambing sebagai pengganti Ismail. Dengan kehendak Allah maka disembelihlah kambing tersebutsebagai pengganti Ismail.

Dari kisah nabi Ibrahim itulah bisa dipetik semua hikmah yang terkandung dalam ibadah qurban. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita apa yang harus dikerjakan oleh seorang hamba dalam berbakti kepada Allah Ta’ala, dan bagaimana seorang hamba harus tunduk kepada perintah-perintah Allah SWT.

Pertama, Udhiyah mengajarkan kepada kaum muslimin, bahwa hidup ini adalah sebuah pengorbanan. Segala kemulyaan, kesuksesan, dan kejayaan manusia itu harus diraih dengan pengorbanan. Sebuah bangsa akan menjadi besar jika para pemimpinya, dan juga semua rakyatnya mau bekorban untuk kebesaran bangsanya. Sebuah ideologi akan menjadi besar dan berkembang menguasai wacana pemikiran manusia secara global, jika para pengusungnya mau berkorban menyebarkan ideologinya dan memperjuangkan eksistensinya. Sebuah masyarakat akan makmur sejahtera, bisa memberi kedamaian, kenyamanan, dan pengayoman seluruh warganya jika para tokohnya, dan seluruh komponen yang berkompeten di dalamnya juga mau berkorban untuk menciptakanya. Demikianlah pula sebuah keluarga akan bahagia, makmur dan sejahtera jika kepala keluarga, atau orang yang menjdi tulang punggung keluarga mau bekerja keras, berjuang dan berkorban untuk kesejahteraan keluarganya.

Agama Islam yang lahir di mekkah, yang kemudian tersebar ke seluruh dunia dan pernah memiliki supremasi politik yang diperhitungkan dunia, hal itu karena pengorbanan Rasulullah SAW, para sahabat, para ulama’ dan pejuang-pejuang Islam yang tak kenal lelah dalam mendakwahkannya. Negara Indonesia bisa meraih kemerdekaan setelah dijajah dan dibodohkan oleh penjajah Belanda ratusan tahun lamanya, karena pengorbanan para pejuang-pejuangnya. Baik mereka para raja, para ulama’ atau para tokoh bangsa yang lainnya. Amerika serikat sebuah negeri jajahan Inggris yang sangat teraniaya, kemudian bisa meraih kemerdekaanya dan kemudian bisa melesat menjadi Negara super power hingga saat ini, adalah karena pengorbanan para pejuang dan seluruh rakyat Amerika.

Intinya setiap kemajuan, kesejahteraan, kemulyaan, dan kebesaran masyarakat dalam level apapun, maka sesungguhnya tidak bisa diraih kecuali dengan pengorbanan. Pengorbanan adalah syarat mutlak terwujudnya setiap kebaikan, pengorbanan adalah unsur baku yang harus ada dalam setiap pengabdian. Dan pengorbanan adalah inti dari ibadah dan ketaatan seorang mu’min terhadap Allah SAW. semua orang harus rela berkorban untuk orang-orang yang dicintainya dan dipimpinnya. Dan Allah menegaskan bahwa pengorbanan adalah satu-satunya syarat yang dilakukan oleh seorang mu’min agar seluruh amalnya di dunia dibalas dengan surga. Dalam Al-qur’an Allah berfirman :


"Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka..”( QS. At-Taubah : 111 )

Kedua, Ibadah qurban juga mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Kenikmatan yang diberikan Allah kepada manusia, bisa digolongkan menjadi dua macam. Pertama adalah kenikmatan berupa jasad atau anggota badan dan yang kedua adalah kenikmatan berupa rezeki.

Karena kenikmatan-kenimatan itulah maka manusia berkewajiban untuk bersyukur kepada Allah SWT. Maka Dari itu Allah berfirman :

“ Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. “ ( QS.Al-Kautsar : 1 – 3 )

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa kenikmatan berupa badan maka cara mensyukurinya adalah dengan melaksanakan shalat, sedangkan kenimatan berupa rejeki maka cara mensyukurinya adalah dengan menyembelih hewan qurban.

Shalat adalah symbol dari segala ketaatan dan ketundukan manusia kepada Allah SWT. bahkan khalifah Umar mengaitkan segala amal ibadah akan berkwalitas jika di dahului dengan kwalitas shalatnya. Artinya orang yang bersyukur kepada Allah maka harus bisa berperilaku hidup yang baik sebagai aktualisasi dari ibadah shalat yang dilakukannya. Karena shalat bukanlah amal yang sempurna jika hanya terhenti pada tataran ritualitas saja tanpa diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata. Maka orang yang shalatnya khusyu’ adalah orang yang baik akhlaqnya, orang yang jujur perbuatannya, dan orang yang bisa menjahui perbuatan-perbuatan yang akan bisa merusak jiwa dan keselamatannya. Karena Allah berfirman :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“ Tegakkanlah shalat ! sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar “ (QS.Al-Ankabut : 45 )

Sedangkan qurban adalah symbol keikhlasan, ketulusan, dan jiwa yang rela berkorban demi kepentingan orang lain. Berqurban dengan seekor kambing, atau sapi adalah symbol bagi manusia bahwa berkurban harus menjadi falsafah hidupnya. Berkorban dengan sapi atau kambing adalah kurban kecil untuk mengantar manusia agar mau berkorban dengan sesuatu yang lebih besar. Karena sesungguhnya Allah tidak hanya menuntut manusia agar berkorban dengan kambing atau sapi tetapi lebih besar dari itu semua yaitu nyawa dan dan hartanya. Manusia diberi amanah untuk menjadi khalifah di bumi, yakni menjadi pemimpin di bumi yang harus berjuang menegakkan kebenaran, keadilan, dan menciptakan kemakmuran bagi semua manusia. Dan status sebagai khalifah itu tidak akan mungkin disandang oleh orang-orang kerdil, orang-orang egois, orang-orang yang hanya cinta dunia dan tidak mengenal arti pengorbanan di dalam hidupnya.

Ketiga, Selain qurban mengajarkan manusia untuk mengisi hidupnya dengan berqurban demi meraih kemaslahatan bersama serta megajarkan manusia untuk selalu bersyukur kepada Allah Swt, qurban juga mengajarkan kepada manusia bahwa manusia harus bisa mengendalikan nafsunya sebagaimana ia mengendalikan binatang ternak yang akan disembelihnya, dan manusia juga harus bisa membunuh pengaruh buruk dari hawa nafsunya sebagaimana ia menyembelih binatang ternak yang dikorbankanya.

Binatang ternak adalah symbol dari sebuah tabiat, di mana perilaku hidup tidak disertai dengan pertimbangan akal, tidak pernah melihat hak, ketentuan agama, hukum serta akibat bahaya dan manfaatnya. Tabiat seperti itu adalah tabiat binatang yang jika manusia menirunya, maka ia akan berderajat rendah sebagaimana rendahnya binatang yang disembelih tersebut, bahkan lebih rendah darinya. Namun bila manusia bisa menempatkan dirinya sebagai manusia, berbuat dan bertindak dengan tabiat aslinya manusia, tidak dipengaruhi oleh nafsunya, maka derajatnya akan mulya sebagaimana layaknya seorang manusia. Allah Ta’ala berfirman :

“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),”( QS. At-Tiin : 4 – 5 )

Jadi menyembelih hewan kurban pada hari raya tidak hanya difahami sebagai penyembelihan biasa tanpa arti apa-apa. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana manusia meng-azamkan dalam dirinya bahwa ia harus selalu berusaha untuk membunuh nafsu liarnya, dan keinginan-keinginan yang akan mencelakakannya.

Pesan dan hikmah yang tersirat dalam ritual ibadah qurban ini adalah pesan yang agung dan memiliki makna yang besar. Pengorbanan adalah sifat yang besar dan hanya dimiliki oleh orang-orang yang berjiwa besar. Jika masih banyak orang yang mau berkorban untuk kepentingan dan kemaslahatan orang banyak, jika masih banyak pula orang selalu bersyukur terhadap segala nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya, dan jika masih banyak pula orang yang hidup dengan ruh agama dan idealismenya bukan dengan hawa nafsunya, maka sudah pasti kehidupan ini akan lebih sempurna keadaanya. Kehidupan ini tidak akan dikuasai oleh orang-orang yang senang berlaku dholim terhadap sesama. Kejahatan dan kriminalitas tidak akan selalu mewarnai persaingan manusia dalam meraih cita-cita dan ambisinya. Dan juga tidak akan ada konspirasi jahat yang akan memutar balikkan fakta dimana kejahatan diagungkan dan dibanggakan sementara kebaikan ditlikung dan dipinggirkan.

Manusia juga harus memahami bahwa apabila dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya, dan hawa nafsu tersebut telah mengalahkan dominasi akalnya, maka sesungguhnya kehormatan dirinya telah terjun bebas kebawah sebagaimana binatang ternak yang hina karena tidak berfungsi akalnya.

Followers